Kadang, sesuatu yang terlalu lama
direncanakan, malah nggak jadi-jadi dan jadi sekedar wacana. Yang spontan justru sering
berhasil. Kopdar dengan Gradien adalah bukti nyatanya.
Rombongan Gradien dari Yogya |
Alkisah, di siang bolong, mak ketu Dewi Rieka bikin
pengumumuan kopdar dengan Penerbit Gradien. Waktunya? Besok siang! (Kamis, 19
Maret 2015). Kenapa mendadak? Karena memang mak Dew janjian dengan penerbit pada
menit-menit terakhir.
Pengumuman yang tiba-tiba ini ternyata langsung memikat para anggota
IIDN. Karena tempat yang terbatas, 15 orang pendaftar pertama sajalah yang bisa
ikut. Tapi jangan khawatir buat yang belum bisa datang karena di lain waktu
akan hadir kopdar-kopdar yang tak kalah cetar.
Jadi, pada waktu yang ditentukan, lima orang dari penerbit
Gradien datang menemui IIDN di Tong Dji @Hom Hotel Semarang. Mereka adalah: Mas
Tri Prasetyo (kepala suku), mbak Aning, mbak Inur, mas Luluk, dan mas Tikno.
Kopdar langsung dibuka dengan pertanyaan-pertanyaan. Semua
anggota IIDN ini adalah penulis yang pasti kepo berat dengan dunia penerbitan,
terutama menyangkut dengan naskah-naskah yang sudah, sedang, atau akan ditulis.
Point-point
perbincangan saat itu kurang lebih:
Bagaimana cara menawarkan naskah kepada penerbit?
Tipsnya
adalah rajin-rajin berkunjung ke blog penerbit, rajin melihat buku-buku mereka
di tobuk. Mengapa? Agar naskah kita nggak salah alamat.
Kalau untuk grup gradien ini, mereka akan menyalurkan
naskah-naskah kepada lini yang sesuai dengan genre masing-masing. Misalnya khusus
untuk naskah anak, naskah islami, atau naskah umum, dll.
Serius menyimak |
Penerbit dalam ‘menjaring’ tulisan, justru kadang melihat
penulis/ calon penulis ini sesuai kompetensi yang dia miliki. Misalnya,
seseorang yang menghubungi penerbit untuk menawarkan novel romance, bisa jadi
malahan diminta untuk bikin buku tentang masakan, kalau ternyata itu adalah
hobi yang ditekuninya selama ini.
Penerbit juga sering memanfaatkan media sosial, misalnya blog
untuk menjaring naskah.
Jika mereka butuh naskah tentang keterampilan misalnya,
penerbit tinggal browsing tuh. Dan akan gampang kelihatan di internet,
orang-orang yang punya keahlian untuk itu. Jadi, jangan ragu menunjukkan
kompetensi kita lewat sosial media.
Ada perbedaan ‘cara’ ketika menawarkan naskah fiksi dan non fiksi.
Untuk naskah fiksi, penulis harus mengirimkan 100% naskah kepada
penerbit. Sedangkan untuk naskah non fiksi, dari kerangka saja sudah bisa
‘dikomunikasikan’ kepada penerbit.
Hal ini memudahkan penulis, supaya tidak perlu ‘bongkar naskah’ di kemudian hari.
Untuk melakukan diskusi ini, kita bisa kok, ‘nyolek’ penerbit
lewat medsos yang mereka punya. Dari sana bisa bikin ‘janji temu’ dengan para
editor, (bisa dilakukan online lewat chat FB, WA, apapun, nggak mesti ketemu
langsung) untuk membahas naskah kita.
Ada juga yang biasa disebut ‘tren’ dalam dunia penerbitan.
Saat ini memang cerita-cerita yang berbau horor banyak memenuhi rak-rak toko
buku. Beberapa tahun yang lalu, adalah novel-novel religi. Tren ini akan selalu
berganti, dan mungkin juga berotasi.
Selain tren genre, ada juga yang namanya momentum. Misalnya
buku-buku religi, momentumnya adalah saat hari raya keagamaan. Buku-buku
latihan Ujian Akhir Nasional, ya waktunya menyesuaikan dengan waktu UAN.
Biasanya buku-buku yang peka momentum itu harus masuk ke
tobuk 2 bulan sebelumnya. Jadi, jika ada yang kepingin bikin buku sesuai
momen-momen tersebut, setidaknya naskah sudah masuk ke penerbit 8 bulan
sebelumnya. Karena ingat, ada proses editing, cetak, proses distribusi, dll
yang tidak sebentar.
Kalau dari pihak Gradien sendiri, sekarang sedang banyak
mencari buku-buku anak, khususnya penunjang pelajaran.
Royalti mungkin menjadi salah satu hal penting bagi penulis.
Saat ini rata-rata royalti penulis adalah di kisaran 10%. Merasa royalti itu
cuma sedikit? Mas TP berbagi sedikit ‘hitung-hitungan’ penerbit untuk royalti
ini.
Dari 100% harga buku, lebih dari 50% adalah biaya distribusi,
kemudian ada biaya produksi, biaya marketing, biaya redaksi, yang
ujung-ujungnya ‘menyisakan’ sekitar 20% saja untuk dibagi antara penerbit dan
penulis.
Jadi ketika penerbit memutuskan untuk menerbitkan buku seorang penulis
(apalagi penulis newbie), mereka
sesungguhnya juga tengah melakukan ‘gambling’. Bedanya dari Gradien ini adalah, memberikan
“uang panjar” untuk penulis yang naskahnya akan diterbitkan. Semacam down payment yang akan diperhitungakan
dalam penghitungan royalti ini nanti.
Selain royalti, naskah tentunya dapat dibeli putus oleh
penerbit. Sisi positifnya adalah penulis dapat langsung merasakan ‘hasil’
keringatnya. Tapi tentu saja sisi
negatifnya adalah jika buku itu kemudian laris di pasaran, penulis sudah tidak
punya ‘hak’ apapun. Naskah yang sudah ‘dibeli’ itu bahkan bisa dijual lagi
kepada pihak lain, dan penulis tak bisa protes.
Dengan begitu banyaknya buku saat ini, kompetisi buku ketika
sudah sampai di tobuk juga sangat ketat.
Buku-buku yang kurang diminati memang tidak bisa bertahan lama di rak display
tobuk.
Nah, demikian kiranya poin-poin perbincangan IIDN dengan
Gradien. Dunia penerbitan, menghadapi situasi yang selalu berubah setiap saat.
Sama seperti bisnis lainnya. Nah, Gradien juga mengalami perubahan itu. Untuk
lebih jelasnya bisa lihat di website mereka: www.indonesiatera.com.
Foto bareng IIDN Semaran dan Gradien |
Memang tantangan di dunia kepenulisan ini tak sedikit.
Terutama tantangan untuk berhasil menerbitkan buku yang disukai banyak orang. Tapi
meskipun begitu, tetaplah menulis. Dan tulislah apapun itu yang menjadi
kompetensi kita masing-masing.
Jadi terus menulis, and be yourself!
Ditulis Oleh: Winda Oetomo
Photo Courtesy of: Winda Oetomo & Wuri Nugraeni
Reportase acara ini juga bisa diintip di:
http://celotehyori.tumblr.com/post/114229161021/kopdar-iidn-semarang
Reportase acara ini juga bisa diintip di:
http://celotehyori.tumblr.com/post/114229161021/kopdar-iidn-semarang
Wow komplit nih infonya, dan aku pun makin cinta sama IIDN Semarang *bukan lebay ;D
BalasHapushihihihi kopdar selalu menyenangkan dan bikin ide membuncah yo mbaaa :*
BalasHapusAku juga cintaa :*. Kopdar penting buat ngipasin bara. Biar api semangat nulisnya gede lagi.
BalasHapusAmazing bngt ngena :D
BalasHapusoh ya, blog anda sudah saya follow tolong follow balik blog saya ya, salam blogwalking!!
Semoga bisa ikutan next kopdar...., semoga bisa pas waktunya...
BalasHapusIya, Mba. Setuju sama kalimat paling atas. Biasanya mah yang spontan lebih sering terealisasi :)
BalasHapusKalo liat dari blog mba dewi rieka sama ini, kayanya iidn semarang aktif banget. Dari kopdarannya sampe bagi2 info keren. Salut
BalasHapusAkhirnya baru bisa mantengin hasil kopdar yang tak bisa ku ikuti. Terima kasih mak Winda...
BalasHapusKangen....ikutan ngumpul IIDN, kangen jjug ijag ijug pagee pagee pk kaligung u iidn... Next kopdar colek yaa
BalasHapuskirain cuma cewe aja, ternyata ada cwonya juga mak :D
BalasHapustetap semangat ya buat semuanya :)
BalasHapusmeet up sekaligus banyak pelajaran yang didapat :) sangat bermanfaat
BalasHapuskok bapak-bapak g ada ya ?
BalasHapusKENANGAN ITU BERMUNCULAN KEMBALI
Wahh enaknya pada bisa meet up bareng ^_^
BalasHapusPengen beli baju dengan design fashionable dgn harga yang pas di kantong?
Bahan berkualitas ? kunjungi http://zamarastore.blogspot.com/