Ditulis oleh Siti Marfuah
Menanti datang bulan setiap bulannya
menjadi semakin berdebar saja saat ini.
Bukan karena menginginkan kehamilan,
namun karena tidak ingin hamil kembali. Sementara alat kontrasepsi sudah lepas,
karena berbagai pertimbangan kesehatan.
Cara yang disepakati memang lumayan
butuh ketelitian dan kejelian, super ketat dan perlu pengamatan lebih. Hampir
enam bulan sudah kita lalui bersama, dan selalu saja merasakan ketegangan
tersendiri ketika keterlambatan itu datang.
Akhirnya ketegangan itu pun terjadi
kegelisahan, ketakutan dan penolakan terjdi, tepat setelah di dapati
keterlambatan menstruasi lebih dari 5 hari. Hati semakin berkecamuk tak karuan,
menangis dan menjadi pemurung seketika. Tidak ingin melakukan aktifitas apapun,
semua ide kreatif hilang dan yang ada hanya menangis, menangis dan menolak
kenyataan yang terjadi.
POSITIF......
Bagaimana saya harus menghadapi kondisi
ini, saya menolak keras, saya tidak menginginkan. Tangisan ketakutan, penolakan
dan usaha menyakiti diri sendiri beberapa kali di lakukan dengan tak mau makan,
tak mau beraktifitas apapun, hanya mengurung diri.
Saat waktu sholat tiba pun
yang ada hanya ingin menangis dan mengadu, sujud panjang selama tahajudpun
selalu dilakukan untuk meminta supaya semua ini tidak benar-benar terjadi, saya
tidak mau hamil lagi.
Saat itu yang ingin dilakukan adalah
dengan mengugurkannya, meski rasa takut untuk melakukannya juga besar, sebesar
meneruskan kehamilan. Ketakutan itu membawa langkah kaki menuju ke dokter
kandungan untuk berkonsultasi dan meminta penanganan, mendengarkan nasehatnya.
Meminta langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Ketika bertemu dokter, sang dokter
menasehati untuk melanjutkan saja karena si Kakak sudah besar, sudah 5 tahun,
lagi pula anak baru 3, katanya sambil tersenyu. Namun hati dan perasaan ini
masih belum bisa menerima karena memang sudah tidak menghendaki dan
menginginkan cukup 3 saja. Apa boleh dikata, dorongan semangat dari suami dan
lingkungan memberikan kekuatan untuk terus berjuang meski berat rasanya.
Saya jadi teringat saat peringatan
hari ibu, kedua putri cantikku mempersembahkan sebuah puisi yang dibacakannya
di depan kami, dan di akhir puisi, mereka menyampaikan keinginannya untuk
mempunyai seorang adik baru lagi, satu lagi ya Mii......
Aku ingat sekali permintaan itu....
dan ternyata saat ini Allah telah mengabulkan permitaan anak-anak itu dan aku
sendiri tidak menginginkannya.
Aku masih saja menolak......
Janin yang semakin
tumbuh dan berkembang ini, mengikuti arus perasaanku yang porak poranda, penolakan
itu begitu besar.
Namun kasih sayang yang diberikan
suami begitu besar, semangat untuk menemaniku, memberikan dukungan dan memenihu
semua kebutuhanku begitu terasa. Hari berganti membuat aku mencoba untuk
menerima keberadaan makhluk mungil yang mulai tumbuh dan mengharapkan
penerimaan dari ku.
Akhirnya aku menerimanya,
pertimbangan si kakak yang sudah besar dan demi memenuhi permitaan dua putriku.
Aku belajar secepat kilat untuk menerima keberadaannya dan segera melakukan
pembenahan perasaan dan segala sesuatunya. Karena kalau perasaanku sudah baik,
si janin pasti akan tumbuh dengan baik dan pengaruh ke pertumbuhan psikologi
janin nantinya.
Untuk melalui bulan demi bulan
ternyata lebih mudah, aku menerima, suami dan anak-anak pun menyambut dengan
penuh suka cita, sehingga kelelahan yang aku rasakan selama menjalani kehamilan
tak begitu terasa. Bulan berganti, si dedek semakin aktif bergerak seperti ummi
nya yang tidak pernah diam. Pagi hingga sore dedek selalu menemani ummi
berkatifitas ngajar Paud dan TPQ.
Dia anteng tak banyak protes diajak berlari
kesana kemari, naik motor sendiri, antarjemput kakak-kakaknya sekolah. Namun
giliran malam hari si dedek lah yang banyak ngajak begadang, dedek mulai
menunjukkan aktifitasnya yang luar biasa, gerakan di dalam perut umminya sampai
terlihat jelas tak pernah berhenti.
Kehamilan kali ini memang luar biasa,
janin ini super aktif bergerak ketika malam hari, mungkin dia protes kenapa
dari pagi hingga sore tidak diajak istirahat,....
Sembilan bulan berlalu dan saat mendekati
hari kelahiranpun tiba, kakak-kakak sudah mulai dipersiapkan menyambut
kelahiran si adek, dan mereka semakin antusis, menyiapkan perlengkapan adeknya.
Subhanallah.... aku mersa sangat terharu sekali, melihat mereka bertiga selalu
mencium adeknya yang masih diperut dan selalu berpamitan ketika berangkat
sekolah.
Hari itu selasa tanggal 28 November 2012,
sehabis sholat subuh aku undang ketiga anak ku, kuremas tangan mereka satu
persatu ketika aku mulai merasakan kontraksi. dan mereka tau kalau umminya
sedang merasa sakit dan kuberitahu kepada mereka bahwa ummi akan segera
melahirkan adek. Ketika semua tugasku selesai menyiapkan ketiganya berangkat
sekolah, aku bergegas menuju rumah bersalin dan biersiap untuk melahirkan.
Namun ternyata belum saatnya, aku masih harus menunggu beberapa jam lagi. Demi
meghalau kesuntukan aku meminta suami untuk berjalan-jalan dengan motor.
Berharap proses pembukaannya akan semakin cepat, aku menuju tempat olah raga,
dan segera berjalan kesana kemari. Setelah dirasa tidak kuat lagi akupun
memutuskan kembali kke rumah bersalin.
Setelah di cek ternyata masih sediki
penambahan pembukaannya, sehingga aku pun tertidur sambil menahan rasa sakit
karena kontraksi.
Tepat pukul 15.00 Ismail lahir,
dengan lancar, BB 3,4 dan PB 52cm. Allahuakbar, subhanallah, alhamdulillah....
perjuangan ini berhasil aku lalui. ASI eksklusif menjadi pilihan utama dalam
menunjang tumbuh kembangnya. Tanpa sufor sama sekali.
Hari berganti, bulan berlalu, Ismail
menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Penerimaanku terhadap kehadirannya di
awal keberadaannya sungguh menentukan. Andai saja saat itu aku masih terus
menolak, tentunya pertumbuhannya tidak akan seperti ini. Di usia 6 bulan sudah
bisa duduk sendiri, usia 8,5 bulan sudah bisa berjalan tanpa berpegangan.
Tubuhnya montok, sehat dan sangat
tampan, kulitnya putih, siapa saja yang melihatnya menjadi sangat senang,
gemes, dan pingin menciumnya. Setiap hari aku selalu terkejut dengan kecerdasan
yang dia tunjukkan.
Di usia 1 tahun dia sudah mampu diajak komunikasi dan
berbicara engan bahasanya. Kini usianya sudah genap 2 tahun, kecerdasannya
semakin tampak dan sudah mampu bercerita mengungkapkan keinginannya. Kalimat
yang diajarkan kakak-kakaknya selalu mampu dia ulang kembali.
Ya allah maafkan atas kesalahanku
ketika itu, menolak keberadaannya, ternyata yang Kau berikan begitu indah,
begitu mengangumkan dan mempesona setiap detiknya. Terimakasih Ya Allah..
#Selamat Ulang tahun Ismail...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar