Kamis, 15 Januari 2015

Aku Menolakmu




Ditulis oleh Siti Marfuah

Menanti datang bulan setiap bulannya menjadi semakin berdebar saja saat ini. 
Bukan karena menginginkan kehamilan, namun karena tidak ingin hamil kembali. Sementara alat kontrasepsi sudah lepas, karena berbagai pertimbangan kesehatan. 





Cara yang disepakati memang lumayan butuh ketelitian dan kejelian, super ketat dan perlu pengamatan lebih. Hampir enam bulan sudah kita lalui bersama, dan selalu saja merasakan ketegangan tersendiri ketika keterlambatan itu datang.



Akhirnya ketegangan itu pun terjadi kegelisahan, ketakutan dan penolakan terjdi, tepat setelah di dapati keterlambatan menstruasi lebih dari 5 hari. Hati semakin berkecamuk tak karuan, menangis dan menjadi pemurung seketika. Tidak ingin melakukan aktifitas apapun, semua ide kreatif hilang dan yang ada hanya menangis, menangis dan menolak kenyataan yang terjadi. 

POSITIF...... 
Bagaimana saya harus menghadapi kondisi ini, saya menolak keras, saya tidak menginginkan. Tangisan ketakutan, penolakan dan usaha menyakiti diri sendiri beberapa kali di lakukan dengan tak mau makan, tak mau beraktifitas apapun, hanya mengurung diri. 

Saat waktu sholat tiba pun yang ada hanya ingin menangis dan mengadu, sujud panjang selama tahajudpun selalu dilakukan untuk meminta supaya semua ini tidak benar-benar terjadi, saya tidak mau hamil lagi. 

Saat itu yang ingin dilakukan adalah dengan mengugurkannya, meski rasa takut untuk melakukannya juga besar, sebesar meneruskan kehamilan. Ketakutan itu membawa langkah kaki menuju ke dokter kandungan untuk berkonsultasi dan meminta penanganan, mendengarkan nasehatnya. Meminta langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Ketika bertemu dokter, sang dokter menasehati untuk melanjutkan saja karena si Kakak sudah besar, sudah 5 tahun, lagi pula anak baru 3, katanya sambil tersenyu. Namun hati dan perasaan ini masih belum bisa menerima karena memang sudah tidak menghendaki dan menginginkan cukup 3 saja. Apa boleh dikata, dorongan semangat dari suami dan lingkungan memberikan kekuatan untuk terus berjuang meski berat rasanya.

Saya jadi teringat saat peringatan hari ibu, kedua putri cantikku mempersembahkan sebuah puisi yang dibacakannya di depan kami, dan di akhir puisi, mereka menyampaikan keinginannya untuk mempunyai seorang adik baru lagi, satu lagi ya Mii......

Aku ingat sekali permintaan itu.... dan ternyata saat ini Allah telah mengabulkan permitaan anak-anak itu dan aku sendiri tidak menginginkannya. 

Aku masih saja menolak...... 
Janin yang semakin tumbuh dan berkembang ini, mengikuti arus perasaanku yang porak poranda, penolakan itu begitu besar.

Namun kasih sayang yang diberikan suami begitu besar, semangat untuk menemaniku, memberikan dukungan dan memenihu semua kebutuhanku begitu terasa. Hari berganti membuat aku mencoba untuk menerima keberadaan makhluk mungil yang mulai tumbuh dan mengharapkan penerimaan dari ku.

Akhirnya aku menerimanya, pertimbangan si kakak yang sudah besar dan demi memenuhi permitaan dua putriku. Aku belajar secepat kilat untuk menerima keberadaannya dan segera melakukan pembenahan perasaan dan segala sesuatunya. Karena kalau perasaanku sudah baik, si janin pasti akan tumbuh dengan baik dan pengaruh ke pertumbuhan psikologi janin nantinya.

Untuk melalui bulan demi bulan ternyata lebih mudah, aku menerima, suami dan anak-anak pun menyambut dengan penuh suka cita, sehingga kelelahan yang aku rasakan selama menjalani kehamilan tak begitu terasa. Bulan berganti, si dedek semakin aktif bergerak seperti ummi nya yang tidak pernah diam. Pagi hingga sore dedek selalu menemani ummi berkatifitas ngajar Paud dan TPQ. 

Dia anteng tak banyak protes diajak berlari kesana kemari, naik motor sendiri, antarjemput kakak-kakaknya sekolah. Namun giliran malam hari si dedek lah yang banyak ngajak begadang, dedek mulai menunjukkan aktifitasnya yang luar biasa, gerakan di dalam perut umminya sampai terlihat jelas tak pernah berhenti.

Kehamilan kali ini memang luar biasa, janin ini super aktif bergerak ketika malam hari, mungkin dia protes kenapa dari pagi hingga sore tidak diajak istirahat,....

Sembilan bulan berlalu dan saat mendekati hari kelahiranpun tiba, kakak-kakak sudah mulai dipersiapkan menyambut kelahiran si adek, dan mereka semakin antusis, menyiapkan perlengkapan adeknya. 

Subhanallah.... aku mersa sangat terharu sekali, melihat mereka bertiga selalu mencium adeknya yang masih diperut dan selalu berpamitan ketika berangkat sekolah. 

Hari itu selasa tanggal 28 November 2012, sehabis sholat subuh aku undang ketiga anak ku, kuremas tangan mereka satu persatu ketika aku mulai merasakan kontraksi. dan mereka tau kalau umminya sedang merasa sakit dan kuberitahu kepada mereka bahwa ummi akan segera melahirkan adek. Ketika semua tugasku selesai menyiapkan ketiganya berangkat sekolah, aku bergegas menuju rumah bersalin dan biersiap untuk melahirkan. 

Namun ternyata belum saatnya, aku masih harus menunggu beberapa jam lagi. Demi meghalau kesuntukan aku meminta suami untuk berjalan-jalan dengan motor. Berharap proses pembukaannya akan semakin cepat, aku menuju tempat olah raga, dan segera berjalan kesana kemari. Setelah dirasa tidak kuat lagi akupun memutuskan kembali kke rumah bersalin. 

Setelah di cek ternyata masih sediki penambahan pembukaannya, sehingga aku pun tertidur sambil menahan rasa sakit karena kontraksi.

Tepat pukul 15.00 Ismail lahir, dengan lancar, BB 3,4 dan PB 52cm. Allahuakbar, subhanallah, alhamdulillah.... perjuangan ini berhasil aku lalui. ASI eksklusif menjadi pilihan utama dalam menunjang tumbuh kembangnya. Tanpa sufor sama sekali. 

Hari berganti, bulan berlalu, Ismail menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Penerimaanku terhadap kehadirannya di awal keberadaannya sungguh menentukan. Andai saja saat itu aku masih terus menolak, tentunya pertumbuhannya tidak akan seperti ini. Di usia 6 bulan sudah bisa duduk sendiri, usia 8,5 bulan sudah bisa berjalan tanpa berpegangan. 

Tubuhnya montok, sehat dan sangat tampan, kulitnya putih, siapa saja yang melihatnya menjadi sangat senang, gemes, dan pingin menciumnya. Setiap hari aku selalu terkejut dengan kecerdasan yang dia tunjukkan. 

Di usia 1 tahun dia sudah mampu diajak komunikasi dan berbicara engan bahasanya. Kini usianya sudah genap 2 tahun, kecerdasannya semakin tampak dan sudah mampu bercerita mengungkapkan keinginannya. Kalimat yang diajarkan kakak-kakaknya selalu mampu dia ulang kembali.

Ya allah maafkan atas kesalahanku ketika itu, menolak keberadaannya, ternyata yang Kau berikan begitu indah, begitu mengangumkan dan mempesona setiap detiknya. Terimakasih Ya Allah..

#Selamat Ulang tahun Ismail...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar