Seumur-umur jadi penulis dan penyunting lepas, saya belum
pernah mengunjungi kantor penerbitan. Beberapa komunitas penulis, sih, beberapa
kali mengadakan kunjungan. Namun, seringnya di Jakarta dan bandung. Nah, orang
Semarang tuh kesempatannya jaraaang banget. Padahal, Semarang, kan, dekat
dengan Yogya (silakan browsing dan
hitung sendiri ada berapa penerbit di Yogya?).
Senang sekali ketika ada kesempatan untuk pergi ke Tiga
Serangkai, Solo, bersama komunitas EEDAN (Emak-Emak Doyan Narsis). Ups! Maksud
saya Ibu-Ibu Doyan Nulis alias IIDN. Dan … boleh bawa anak! Yeay! Piknik
Semarang-Solo pasti seharian, kan? Kalau enggak bisa bawa anak, anak saya mau
dititipin siapa?
Senangnya lagi, meeting
point (MP) awal mau berangkat ke Solo ada dua (Saya, dong, yang ngusulin
:d) Mengingat Semarang terbagi jadi dua daerah, kalau hanya satu MP kasihan
para peserta. MP pertama di masjid Baiturrahman, dan ke dua di Ngesrep, rumah
salah satu emak anggota IIDN.
Sebenarnya, sih, jadwal berangkat dari MP 1 adalah pukul
06.00. Peserta udah tepat banget datangnya, lho! Salut atas ketidakngaretannya.
Lanjutkan! Sayangnya, si awak bus yang njelehi. Molor. Akhirnya, baru bisa
jalan pukul 06.40 :p
Ohya, kontrol emosi emak-emak ini patut dacungi jempol juga.
Biar kesel jengkel, tapi semua tetap bisa ceria berpose di depan Baiturrahman
:d
Sampai Ngesrep pukul tujuh lebih, pun pakai acara kebablasan. jadilah, tim Ngesrep yang
bawa snack dua kresek besar, tiga dus aqua botol 600ml yang lumayan berat, dan
peralatan perang lainnya, musti olahraga dadakan mengangkat beban itu sepanjang
beberapa ratus meter. Untunglah ada bapak siaga yang membantu. Makasih, Pak
Fenty (eh!)
Begitu siap, bus jalan, dan snack dibagikan. Sengaja pesan
snack kelas berat, sekalian buat sarapan. Sempat lirik-lirik para FC-er, Mbak
Inung asyik masyuk dengan snake fruitnya yang katanya bahasa Inggris dari
salak. Taro pun mau mengeluarkan salak. Namun, karena Mak Archa mabok salak,
Taro pun mengeluarkan amunisi lainnya. Stroberi dan anggur. Aih … jadi ikutan
nyicip, deh. Padahal, saya udah bekal jeruk juga. Eh, tapi gak sukses nyabu
alias nyarap buah, sih. Soalnya ngemil sus kering punya Shofie yang enggak
habis :p. (FC-er gadungan, nih!)
Selain snack, ada donator baik hati yang memberikan paket
jajanan buat anak-anak. Duh, kurang baik apa coba emak-emak ini? Makasih
banyak, Mak Fent!
Rupanya, kesabaran masih terus diuji. Setelah tadi molor, si
bus ini tak bisa berlari kencang. Walaupun masih beratus-ratus kali lipat
dengan kecepatan siput, namun bikin panitia di belakang bisik-bisik, “Piye to
iki?” Untunglah, pemandangan di tol Bawen cukup memanjakan mata dan mengademkan
hati yang mulai rada panas.
Beberapa saat setelah ke luar dari tol Bawen, sie acara pun
beraksi untuk mengatasi kebosanan. Siapa yang tetap mau tidur atau bete ketika
ada pembagian hadiah walaupun harus menjawab pertanyaan? Uhuyy …!
Sayangnya, sie acara aka Mak Uniek ini rada-rada sok bikin
penasaran. Kuis termin pertama hanya dibagi tiga pertanyaan untuk tiga hadiah.
Setelah itu berhenti. “Tunggu beberapa saat lagi, akan ada sesi ke dua,”
katanya dengan centilnya!
Beberapa sesi dengan pembagian puluhan hadiah pun digelar
sebelum sampai Solo. Tak hanya ibu-ibu, ada juga kuis khusus untuk anak-anak.
Khas emak-emak banget, kan? Di mana pun, kapan pun, selalu ingat anak!
Sampai Solo, mata berbinar melihat kata penyambutan ini:
Kalimat itu membuat kita tak merasa sebagai tamu yang hanya
‘merepotkan’.
Kami pun masuk ke show
room-nya. Weih, langsung ijo melihat buku-buku yang dijual. Namun, tak lama
di sana, kami ‘diusir’, diminta ke aula, karena di sanalah acara akan digelar. Katanya,
sesi belanja terakhir saja! Paham banget, deh, dengan jiwa emak-emak :d
Sekarang, pertanyaannya adalah, di manakah aula itu? Hohohoho
… lantai empat, tanpa lift! Cukup membuat para emak menggeh-menggeh! Tapi terbayar sudah melihat snack yang disajikan.
Ups! Dengan materi yang disampaikan, maksudnya!
Pertama, acara dibuka oleh Pak Verry, yang katanya calon
bapak. Beliau juga yang tadi menyambut dan membawa kami ke lantai empat ini.
Selanjutnya, acara inti disampaikan oleh pak Irfan
Zaenuddin. Beliau adalah marketing buku umum. Wuih, sebagai marketing nyali
beliau benar-benar diuji dengan menghadapi puluhan emak-emak ini. Bagaimana
tetap bisa penuh percaya diri berbicara di depan para ibu yang … begitulah :p
Awalnya kelihatan, sih, kalau rada-rada salah tingkah. Begitu sampai materi,
sepertinya beliau cukup bisa menguasa diri *halah!
Ohya, selain Pak Verry dan Pak Irfan, ada para editor yang
duduk di belakang kami, yaitu Mba Windri, Mb Fieda, Mba Anjar, Mas Kamil, Mba
Wanty.
Senengnya, Mba Fieda membawakan print out buku yang ditulis oleh tiga emak keren dari IIDN
Semarang, untuk dipamerkan. “Ini, lho, salah satu buku karya IIDN.” Cie … cie.
Nih, salah dua dari tiga penulisnya. Siapakah mereka?
Sayang, Mak Wuri enggak bisa ke Solo, jadi enggak ikut foto
bareng (Sayang enggak foto bareng, atau sayang enggak ke Solo, ya? Bingung,
kan?)
Oke, mulailah Pak Irfan bercerita tentang seluk-beluk TS.
Dimulai dari sejarah berdirinya TS. Sekarang ini, TS telah
berusia 55 tahun. Namun, baru 11 tahun terakhir ini menerbitkan buku umum.
Sebelumnya, TS hanya menerbitkan buku pelajaran.
Siapakah Founding
Father TS? TS didirikan oleh H. Abdullah Marzuki (alm) dan Hj. Siti Aminah,
suami istri yang berprofesi sebagi guru.
Awalnya, beliau berdua prihatin, karena buku pelajaran susah didapatkan
oleh siswa pada waktu itu. Maka, beliau membuat buku yang dicetak sendiri
menggunakan stensil, kemudian diedarkan ke sekolah-sekolah. Alhamdulillah laku.
Rupanya, bisnis yang berawal dari niat baik ini berkah. usahanya semakin maju.
Akhirnya bisa beli mesin, alat-alat produksi, sehingga bisa menjadi sebuah
penerbit. Distribusi pun melebar, tak hanya Solo dan sekitarnya, bahkan sampai
luar Jawa.
Setelah sekian lama menerangkan berbagai ‘isi’ penerbit TS,
yang ternyata selain percetakan, retail, dll, juga mempunyai lini K33 yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari, misalnya air mineral dan roti, sampailah pada sesi tanya
jawab.
“Buku apa yang paling laris di TS?” adalah pertanyaan khas
Miss Hagameru alias Mak Rahmi.
Eh, saya kok lupa, jawaban Pak Irfan apa, ya? Hihi …. Soalnya,
yang keingat malah beliau ini menjelaskan buku-buku tentang biografi tokoh
terkenal. Mulai dari Jokowi, Habibie, terus Anis Bawesdan insya Allah sebentar
lagi terbit, dan … ada satu lagi yang rahasia, katanya! Siapa dia? Hoho … mari
sama-sama kita tunggu!
Setelah itu juga dijelaskan juga bahwa buku-buku yang ada di
pasaran walaupun tema sama, namun biasanya tiap penerbit mempunyai keunikan dan
diferensiasi dari sudut pandang, cara penulisan, atau lainnya.
Mak Dian sang novelis pun
menanyakan kemungkinan diterbitkannya novel di Tiga Serangkai. Jawabannya
adalah Tiga Serangkai menerbitkan novel, namun saat ini dikhususkan novel sejarah.
Selanjutnya, Pak Irfan cerita tentang sosok Pak Langit (Langit Kresna
Hariadi) yang sukses menelorkan novel
“Gajah Mada”, dan novel terbarunya, “Amurwabhumi”. Beruntung sekali, saat kami
ke TS, Pak langit sedang ‘ngantor’ di perpustakaan. Mak Ketua IIDN Semarang,
Dedew, menuliskan kisah foto berdua dengan Pak langit di sini, nih :d (link: http://dewirieka.blogspot.com/2014/05/bertemu-pak-langit-kresna-hariadi-di.html)
Ada beberapa pertanyaan lagi
sebenarnya, tapi maaf, otak emak-emak ini tak kuasa mengingatnya :p
Apakah setelah itu kami makan dan
pulang? Hohoho … tunggu dulu. Bagian selanjutnya, nih, yang bisa dinikmati
anak-anak juga. Terutama saat masuk ke bagian percetakan. Sebelumnya, sih,
Shofie sama Vivi becanda aja saat Pak Irfan ngomong di depan. Iyalah,
anak-anak, gitu. Materinya tentu saja kurang menarik, plus penyampaian kan
setingan buat orang dewasa, hehe.
Apakah acara selanjutnya?
Jalan-jalan! Keluar dari aula, kami ngintip pegawai TS lain yang berada dalam
kubikel-kubikel. Beberapa bapak-bapak ada yang senyum ramah menyapa, namun ada
juga yang tetap fokus dengan komputernya, tanpa mengindahkan rombongan emak
berisik ini, hihi.
Paling heboh saat masuk ruang
editor dan lay out. Eh, saat itu diterangkan apa saja, ya? Saya memisahkan diri
dari rombongan, sih. Ceritanya, saya tanya pada Mb Anjar, “Pak Hariyadi yang
mana, Mbak?” Maklum, baru saja setor naskah anak pada Pak hariyadi. (Biasa …
bantuin soulmate nulis :d). Eh, Mba Anjar langsung semangat, “Sini … sini …
saya kenalin!” Jadilah saya kenalan kemudian ngobrol dengan Pak Hariyadi. Dalam
hati, sih, sebenarnya berdoa kenceng, “Semoga naskahku enggak perlu revisi”,
hahaha!
Dari hasil membaca postingan teman
lain, sepertinya rombongan dijelaskan tentang tahap-tahap dalam menerbitkan
buku, editing, lay out, dan lainnya.
Kami menuruni tangga satu per
satu. Kemudian masuk ke perpustakaan. Weih, buku terbitan TS buanyaaak! Ya
iyalah, namanya juga penerbit. Ribuan bukunya :d. Di perpustakaan inilah, kami
bertemu Pak Langit yang langsung ditodong foto bersama. Ya ampun, kok, enggak
ada yang nodong berbagai pertanyaan, gimana caranya beliau menulis novel
sehingga 1000 halaman, ya? Ckckck …!
Bareng Pak Langit |
Terus kami melihat cara mencetak.
Ada alat semacam printer raksasa di sana. Sekali cetak, ada 16 halaman buku
(bolak-balik). Selanjutnya satu halaman besar itu dilipat. Dan begitu
seterusnya untuk halaman yang lain, yang kemudian ditumpuk di atasnya. Hal ini membuat
saya jadi lebih paham, setiap halaman buku selalu kelipatan 16. Silakan cek
sendiri :d
Biar lebih jelas, bisa baca
tulisan Mbak Ary di sini (link: https://arynilandari.wordpress.com/2009/06/07/kenapa-halaman-buku-harus-kelipatan-16-atau-8/
)
Selesai melihat printer raksasa,
kami pun seperti memasuki sebuah pabrik. Eh, emang pabrik, ya? Pabrik buku :d.
Berbagai mesin raksasa aneka fungsi ada di sini. Jujur, baru kali ini, lho,
saya melihat mesin seperti itu!
Proses pencetakan, penjilidan, penyampulan, sampai packing bisa kami lihat semua di sini. Puasss bisa melihat langsung proses panjang untuk menjadi sebuah buku.
Nih, wajah gembira emak-emak
seusai kunjungan di TS.
Selesai shalat dhuhur dan makan, kami
meninggalkan TS, menuju Kampung Batik laweyan. Ada apa di sana? Tunggu liputan
selanjutnya! (Aan Diha)Ditulis oleh Aan Diha
Ibu dua orang anak, penulis, pemilik blog http://oyakonohanashi.wordpress.com/
Berasa ikut ngider di TS mba, hahaha. Aku duduk manis di loby aka. tokbuk, ngebayangin naik lantai 4 sih gak takut. Ntar turunnya yang bikin ngeri gegara kaki masih sakit. Pokoke semangaaat ;)
BalasHapusTerima kasih untuk rekan-rekan IIDN atas kunjungannya, ditunggu kembali ya next time klo pas ke Solo bisa mampir
BalasHapusAlhamdulillah, kalau jadi kebayang ngidernya, Mbak Wati hihi. Sengaja, ini ditulis buat oleh-oleh bagi yang gak ikutan :d
BalasHapusSemoga kaki lekas sembuh ya, Mbak. Aamiin.
Pak Verry, sama-sama makasih. Semoga lain waktu ada acara lagi dengan tema yang berbeda. Pelatihan nulis atau apaaa gitu, yak :d
bener-bener trip yang bikin nagih,meskipun ga bisa seratus persen fokus krn si kecil juga maunya ngider melulu, hehehe
BalasHapusLuar biasa serunya One Day Trip IIDN ini,selain bisa bawa para kurcacil,dpt ilmunya banyak, doorprizenya banyak juga hehehe dan satu lagi lumayan dpt 3 buku parenting dr shooping di TS dg disc yg lumayan :)
BalasHapusMbak Aan Diha, top tulisannya...jd motivasi buat kami para pemula.
Alhamdulillah, dapat banyak ilmuu di TS, terima kasih crew TS moga nggak kapok kedatangan emak2 unyu yaa hihihi
BalasHapusMb, yg bener Mb Andar dr yg ditulis di sini Mb Anjar, yg menjadi komandan di buku Anak & Remaja :)
BalasHapusKumplitnyoooo
BalasHapus