Sabtu, 13 April 2013

FILOSOFI AGUNG DI BALIK SELEMBAR JARIK


Oleh: Uniek Kaswarganti
 
Di jaman yang katanya sudah serba modern ini, banyak peralatan maupun perlengkapan rumah tangga yang berkembang mengikut trend maupun kepraktisan cara penggunaannya. Banyak contohnya, mulai dari alat masak yang semula menggunakan wajan tradisional / sederhana, sekarang sudah bergeser ke modern wok. Ada  pula tikar pandan yang kini sudah sedikit beredar di pasaran, tergantikan oleh modern mat yang memiliki motif jauh beraneka ragam dan dianggap lebih menarik maupun praktis.
Sebenarnya masih banyak lagi pergeseran minat, dari yang semula bernuansa tradisional menjadi lebih “modern”. Apa ya sebenarnya kategori suatu barang sehingga bisa dikatakan lebih modern ataupun lebih mengikuti perkembangan jaman? Karena bahan bakunya lebih terbarukan? Atau mungkin lebih tampil elegan? Lebih praktis begitu?
Terlepas dari berbagai pertanyaan di atas, tidak ada salahnya kita menilik lebih jauh lagi pada akar budaya kita sendiri. Ya, salah satunya adalah batik. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi,serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009 (sumber : Wikipedia Indonesia). Warisan leluhur ini sudah pernah diaku oleh negara tetangga sebagai kekayaan budaya mereka. Mengapa bisa begitu? Apakah mungkin karena ketidakpedulian generasi muda untuk melestarikannya?
Terlalu cepat bila kita menarik kesimpulan atas fakta maupun pertanyaan di atas. Yang jelas seberapa pun apresiasi tiap-tiap warga negara Indonesia, batik memang pesona yang luar biasa, tak kan pernah lekang dimakan jaman.
Berdasarkan pengertian secara istilah, batik mengacu pada dua hal. Yang pertama berkaitan dengan teknik pembuatannya, yaitu pewarnaan kain menggunakan malam / lilin untuk mencegah pewarnaan sebagian kain, atau dalam istilah populernya wax-resist dyeing. Dan yang kedua, batik diartikan sebagai kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut di atas, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Olahan batik kini kian beraneka ragam. Beraneka ragam busana maupun kerajinan tangan bisa diwujudkan dari selembar kain yang ‘bermagnet’ dahsyat ini. Ada beberapa macam jenis batik yang kita ketahui. Menurut Wikipedia, dari teknik pembuatannya batik terbagi atas batik tulis, batik cap dan batik lukis. Adapun bila dilihat dari asal batik itu sendiri, ada banyak ragamnya sesuai asal motif batik itu sendiri, misalnya batik Pekalongan, Banyumas, Jombang, Tasik, Tulungagung dan masih banyak lagi lainnya. Jika dirunut dari motif / coraknya, varian batik beragam mulai dari Batik Keraton, Sudagaran, Cuwiri, Sidomukti, Kawung, dan lain sebagainya.
    Batik menjadi bermakna dan nyata wujudnya manakala sudah tertuang dalam sehelai kain. Sehelai kain inilah yang oleh orang Jawa disebut tapih atau jarik. Jarik merupakan kain panjang berbentuk persegi panjang dengan ukuran rata-rata panjang 2  meter hingga 2,5 meter, adapun lebarnya berkisar 1,05 hingga 1,1 meter. Kegunaan awal jarik mulanya adalah untuk penutup anggota badan bagian bawah, sebagaimana busana perempuan Jawa jaman dahulu, atau di masa kini lebih terkenal sebagai salah satu pelengkap padu padan berkebaya. 
Aneka filosofi pun mengiringi masing-masing motif jarik, penggunaannya juga disesuaikan dengan motifnya. Misalnya batik Sidomukti yang biasanya digunakan dalam perkawinan. Arti sido dalam Sidomukti itu sendiri adalah jadi, menjadi, terjadi atau terlaksana, dimaksudkan agar segala yang diharapkan menjadi kenyataan. Filosofi senada juga diusung oleh batik Parang Kusumo, dimana kusumo itu sendiri berarti kembang, yang kemudian dimaknai sebagai kembanging ratu, atau untuk gampangnya berarti generasi muda atau keturunan dari raja. Jadi batik jenis ini hanya boleh dipakai oleh anak-anak raja dalam prosesi pernikahan. Ada juga batik Kawung, yang salah satu pengartiannya kembali ke alam suwung (sepi), sehingga di jaman dahulu batik ini dipergunakan sebagai lurup atau kain penutup jenasah. (sumber : http://batikdan.blogspot.com)
aneka jarik, sumber dari sini
Berbagai filosofi memang selalu terkandung di tiap-tiap elemen budaya jawa. Bahkan lembaran kain jarik ini pun memiliki makna. Konon kata jarik berarti aja gampang serik, yang artinya jangan mudah iri hati atau sirik. Lembah lembutnya langkah pengguna akibat pemakaian kain ini pun juga tak lepas dari makna. Diharapkan tindak tanduk yang serba tertata, hati-hati berjalan dan tidak terburu-buru.
Kegunaan semula jarik sebagai kain penutup bagian bawah tubuh. Kini tak hanya itu saja fungsinya. Sebagian besar bahan jarik adalah kain yang adem, sehingga digunakan sebagai alas bayi baru lahir pun juga nyaman. Dijadikan pembebat dada, pinggang hingga kaki ibu baru melahirkan juga nyaman. Jadi si ibu baru ini tidak berasa repot banget jika harus ke belakang.
Jarik juga populer digunakan sebagai alat bantu gendong bayi. Nah, di sini lah letak ragam budaya dan cerita yang berlaku pada masyarakat Jawa. Untuk menggendong bayi pun ada jenis jarik tersendiri. Jenis jarik ini juga memiliki nama khusus, yaitu jarik gendong. Sesuai namanya, lembaran kain ini diperuntukkan untuk menggendong.
Tak disangkal lagi, aktivitas gendong menggendong bayi di era modern ini memang sudah mulai menurun. Banyak ibu yang mulai mengalihkan kebiasaan menggendong bayi ke dorongan / kereta bayi (stroller). Kereta ini dianggap lebih praktis, tidak melelahkan dan jauh lebih prestisius. Mungkin sudah banyak yang lupa, bahwa dekapan seorang ibu jauh lebih nyaman dibandingan tumpukan seribu selimut sekalipun. Bukan begitu ?
Di saat sedang menggendong ini, kehangatan badan maupun batin ibu dengan bayi akan terjalin sempurna. Apa pun alat gendongnya, rasa-rasanya tak ada yang sanggup menandingi kasih sayang hangat seorang ibu. Kini memang sudah banyak tersedia alat gendong modern, baik yang model selempang atau pun ransel, berbahan kain saja maupun campuran kain dengan plastik dan aluminium. Namun tak sedikit ibu yang tetap menggunakan jarik gendong sebagai pengaman tubuh buah hatinya. Banyak alasannya, mulai dari kenyamanan kainnya, mudah dicuci dan gampang kering saat terkena ompol bayi (bagi ibu yang tidak menggunakan diapers pada bayinya), lebar kainnya bisa menyangga sempurna seluruh tubuh bayi, gendongannya lebih mudah dibawa dan dilipat menjadi simpel, ataupun alasan yang paling ideal adalah ‘nguri-uri’ atau melestarikan budaya Jawa.
Salah satu keunikan jarik gendong ini terletak pada garis-garis warna ceria di kedua ujung kainnya. Motif jarik ini bermacam-macam, mulai dari bunga, unggas, kupu-kupu, ikan mas, bahkan ada pula yang motif naga. Kebanyakan warna warninya ceria dan meriah, seolah-olah ingin menggambarkan keceriaan bocah yang akan dibalut di dalam jarik gendong ini.
cerianya jarik gendong, sumber ini
Rupanya warna ceria dari jarik gendong ini tak luput dari pengaruh budaya luar pada jaman dahulu. Ada yang dikenal sebagai Batik Pecinan, yang menilik dari namanya saja sudah tergambarkan di memori kita tentang desain-desain ceria khas negeri tirai bambu itu. Beberapa penggolongan batik berdasarkan pegaruh budayanya adalah Batik Pecinan, Belanda, Rifa’iyah (pengaruh Islam), Jawa Baru, Jlamprang, Terang Bulan dan lain lain (sumber : snipertechno.com). Pengaruh etnis terhadap batik ini masih sangat signifikan di industri batik sekarang ini.  Seperti yang sudah tersebut di atas, warna-warna cerah seperti merah meruupakan pengaruh bangsa Cina. Dominasi warna cerah ini banyak terdapat pada batik Pekalongan.
cantiknya jarik gendong utk gaun pesta (kabaremagazine.com)
Motif jarik gendong yang indah dan ceria ini tak ayal mengundang banyak minat para perancang mode untuk menjadikan lembaran-lembaran jarik ini menjadi aneka produk yang semula tak terbayangkan dapat direpresentasikan oleh secarik jarik gendong. Sebut saja desainer Tatok Prihasmanto & Ardi yang menyulap jarik gendong menjadi gaun cocktail cantik berwarna hijau ini .
Bahkan yang jauh lebih indah, perancang tersebut juga mampu mewujudkan kebaya mewah dari motif jarik gendong. Luar biasa, kekayaan budaya yang disertai dengan kejelian anak bangsa ini. Siapa yang menyangka, motif jarik gendong yang banyak dipandang sebelah mata ini sanggup memikat pesona melalui keanggunan kebaya gala merah ini. Belum lagi taburan payet dan swarovski yang menyempurnakan kemewahan si jarik gendong ini.
gaun pengantin dari motif jarik gendong, sumber dari sini
Bahkan dalam forum komunitas online kaskus, ditemukan penjual yang sedang menawarkan sepatu dengan motif jarik gendong. Tidak percaya? Coba langsung tengok ke portal tersebut. Cantiknya motif jarik gendong dalam bentukan penghias kaki ini sungguh tak terbantahkan. Warna merah dan motif jarik ini mengusung keceriaan nan cantik, juga bagian tumitnya yang didesain pas dalam menampilkan garis-garis khas si jarik gendong.
Jadi, tidak ada alasan lagi kan untuk meragukan kekayaan tradisi kita sendiri, bahkan walaupun itu sekedar jarik gendong. Tak usah iri hati terhadap budaya bangsa lain, yang mungkin saja kita pikirkan jauh lebih modern atau pun indah. Di negeri Indonesia tercinta ini, semuanya sudah lengkap. Banyak warisan leluhur kita yang tidak dipunyai oleh negara lain. Jadi,  “aja serik marang liyan”, jangan iri hati kepada yang lain, filosofi luar biasa dari jarik. Selembar kain sederhana yang penuh makna. Tak terbantahkan.
Cintailah jarik gendongmu, sumber
fiksikompasiana.com













5 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus, saya lagi cari-cari nama untuk OLshop saya, tiba-tiba kepikiran kata "jarik", jadi sering googling kata jarik nemu tulisan ini jadi makin yakin sama "jarik" ternyta filosofinya hebat bgt . . .

    minta ijin copas tulisannya,

    BalasHapus
  2. terima kasih atas apresiasinya terhadap karya desain saya

    BalasHapus
  3. keren mbak tulisannya, saling berkaitan satu sama lain dan data pendukungnya lengkap.keren pokoknya :)

    BalasHapus
  4. saya suka tulisannya. ada refrensi buku atau literatur tentang jarik genddong yang bisa ditilik lebih lanjut? kalau ada akan sangat membantu saya, terimakasih

    BalasHapus