Kamis, 31 Oktober 2013

[PROFIL] Dwi Lestari

Saya sudah lupa kapan saya bergabung di IIDN Semarang. Kalau saya liat posting beberapa foto diFacebook saya, mungkin sekitar oktober 2011. 2 tahun yang lalu, tidak terasa ya. Menjadi anggota IIDN Semarang, menjadikan saya termotivasi untuk menulis. Bermula dari kegiatan kantor yang tidak begitu padat, saya mulai mencari kesibukan lain. Dengan memanfaatkan akses internet di kantor dan tentunya tanpa meninggalkan tugas utama sebagai karyawan di sebuah LSM, saya mulai mencoba untuk menulis. Diawali dengan menulis note facebook, kemudian belajar membuat blok, sampai mencoba beberapa lomba penulisan.

Buku antologi pertama saya “I am proud to Scout”. Rasanya senang sekali mendapat kabar naskah kita ikut menjadi bagian dari sebuah buku, walau kemudian saya mulai tahu bahwa buku antologi merupakan kumpulan tulisan yang bisa diterbitkan secara perorangan, saya tidak mendapatkan bonus malah saya harus ikut memasarkan dan membeli buku itu. Kemudian mulai mecoba peruntungan di lomba yang berhadiah. Saya pernah sekali ikut menjadi salah satu pemenang dalam lomba penulisan di Divaperss yang berhadiah buku. Ceritanya berkisah tentang pengalaman pribadi yang dapat diambil hikmahnya. Bukan pengalama pribadi saya sebenarnya, namun pengalaman pribadi pimpinan saya yang ketinggalan pesawat, karena ketiduran.

PENULIS JAIM DI DUNIA MAYA , WAJIB!



Oleh Lia Herliana

Jaim, alias ‘jaga image’, atawa pencitraan, tak hanya penting bagi kalangan selebriti, lho. Kita, para penulis, atau yang mengaku masih ‘penulis-wanna-be’ (seperti saya), juga perlu pandai-pandai menjaga image, khususnya dalam pergaulan di dunia maya.

Image yang seperti apa, sih? Image, atau citra diri sebagai penulis, tentu. Bukan sebagai tukang bubur, apalagi putri yang tertukar.

Kenapa? Buat apa?

GURU, LENTERA YANG MEMBEBASKAN


oleh Keisya Avicenna

Saya bangga menjadi guru. Profesi menjadi seorang guru adalah profesi yang ‘menantang’. Meskipun ada sebagian orang yang beropini berprofesi menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan yang enteng. Karena sekilas, tugasnya hanya mengajar dan mengajar. Akan tetapi, sejatinya seorang guru tidaklah hanya bertugas mengajar di dalam kelas. Seorang guru juga dituntut untuk bisa memberi contoh kepada murid-muridnya tanpa harus melihat siapa dan di mana ia berada. Untuk itu, tidak keliru jika ada pepatah yang mengatakan: “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Dalam artian, sebagai seorang guru harus senantiasa memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu sebelum memperbaiki orang lain (baca: anak didik).

[PROFIL ANGGOTA] Tiza Evalina


Nama saya Tiza Evalina karena berasal dari Bukittingg jadi beberapa kenalan suka menyapa dengan panggilan "uni" tp tidak sedikt yang teteup menyapa dengan "mba", no problemo... Baru 5 tahun ini tinggal di ungaran bersama my hubby  dan matahari kecilku Aditya. Sebenarnya a long long time ago saya rajin sekali nulis, saat SMA tulisan sempat diterbitkan walau cuma untuk koran lokal (walau ga pernah terima honornya). 


Semenjak kerja ga sempat lagi untuk nulis, keinginan sih ada apalagi kalau habis baca-baca karya penulis lain tp apadaya sudah kecapekkan duluan. Sempat menggebu lagi mau nulis bahkan sdh dimodali kakak sepakat komp tp ya itu tadi...terbengkalai. Tapi sempat aktif juga mulis saat Multiply masih ada. Jadi salah satu niat ikut IIDN ini semoga semangat nulisnya terpacu terpacu terpacu lagi sampai menghasilkan karya biar "hutang" kekakak juga terlunasi :-)

Monster Menyeramkan Itu Bernama Sampah


Aku berdiri terpaku didepan bak pembakaran itu. Asap putih mengepul di atasnya. Dengan niat melatih kesabaran, kali ini kutunggui proses pembakaran sampah di bak yang memang sengaja dibuat sebagai penampung sampah sekaligus sebagai tempat pembakarannya. Beruntung, pikirku. Pemilik rumah sebelum kami telah membuat bak sampah yang lumayan besar ini. Aku tak perlu lagi mengemas sampah untuk dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS) di sebelah pasar tradisional di daerah kami. aku mengalami sedikit kesulitan kali ini, karena timbunan sampah di depanku ini semalam teguyur hujan. Yah, tentu saja api susah menyala. Paling menyala sebentar di sampah kertas yang sengaja kubakar duluan, menjalar ke bagian sampah di kanan kirinya sebentar, lalu mati. Berulangkali mencoba, tetapi hal yang sama terjadi. Akhirnya kuputuskan untuk mengerjakan hal lain, dengan harapan siang nani timbunan sampah akan kering oleh sinar matahari (semoga tidak hujan) dan sorenya siap dibakar.


Jumat, 11 Oktober 2013

Kunjungan IIDN Semarang ke tabloid Cempaka

Oleh: Aditya Meilia

[09 Oktober 2013] Siang itu kira-kira pukul 10.30 WIB IIDN kopdar lagi setelah lima hari yang lalu sharing dengan para editor Tiga Serangkai. Disambut Mbak Unik sang redaktur mode kami digiring ke meja eksekusi. Meja persegi panjang yang biasa digunakan untuk rapat dan mengambil keputusan. Acara dimoderatori oleh Mas Thalhah, kartunis, merangkap korlip serta direktur do’a, hihihi. Pembawaannya memang adem dan terlihat begitu religius *ustadz mode on :p

Acara intinya tentu dipimpin yang mbaureksa*opoh ikih, yaitu Mas Rukardi sebagai pemimpin redaksi. Beliau memperkenalkan para redaktur-redaktur halaman. Mbak Unik Agung Mumpuni bertugas mengisi halaman mode,  Mbak Intan sebagai redaktur kuliner, Bu Ari yang menangani perduitan dalam rumah tangga dan Mas Abdullah Ibnu Thalhah, kartunis yang membuat tulisan-tulisan di tabloid Cempaka makin semarak dengan ilustrasi-ilustrasinya yang ciamik.

Cerita lucu dan seru IIDN SEMARANG dengan Tiga Serangkai Solo

Oleh: Dian Kusuma Damayanti
Siang itu, tanggal 3 Oktober 2013, di tengah terik matahari yang panas sekitar pukul 12.00 WIB acara undangan dari Tiga Serangkai (TS) Solo digelar di Warung Leko, Jl. Gajah Mada No. 67 Semarang, yang sekaligus acara KopDar Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Semarang.

Sekitar pukul 12.10 wib aku sudah berada di lokasi dan langsung menuju pintu yang bertuliskan "PUSH" yang pasti artinya "Tekan" supaya kita bisa masuk ke ruangan dan ternyata di dalam belum begitu ramai dan terlihat beberapa orang saja, hanya sekilas aku memperhatikan ada sekelompok ibu-ibu di pojok sebelah kanan, namun tidak dapat memastikan siapakah mereka karena tidak jelas. Sambil mendekati meja informasi, aku bertanya,"Mbak, boleh tanya klau undangan dari IIDN dimana ya ?, seorang waiters menjawab,"belum ada reservasi mbak", aku balik menjawab,"oh gitu, oke saya tunggu. 


[PROFIL] Dian Kusuma Damayanti



Dian Kusuma Damayanti, itulah nama lengkap saya  sejak dilahirkan 38 th yang lalu tepatnya 9 Juli 1975 di kota Mojokerto, Jawa Timur.

Lengkap sudah menjadi seorang wanita sejati sejak dikaruniai mereka berdua yaitu Nur Annisa Damayanti (13 tahun) dan Muhamad Gibran Maulana (5 tahun). Suka memasak, mendengarkan musik, selalu ingin mencoba petualangan baru, bersosialisasi dengan bergabung di berbagai komunitas dan tentunya menulis serta membaca adalah rutinitas dan kegiatan yang  saya suka. Terima kasih juga karena support dan izin darinya “my lovely husband” Muhamad Jumhan, sehingga saya bisa kembali menuangkan hobby lamaku yang sejak SD sangat suka menulis tentang mimpi-mimpi kecil melalui diary.

Kamis, 10 Oktober 2013

2 Jam Bersama Redaktur Cempaka

Pucuk dicinta ulam tiba, itulah peribahasa yang kiranya pantas sekali mewakili keinginan para anggota Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) Semarang untuk berkunjung ke kantor redaksi media cetak. Telah hampir dua tahun berlalu sejak pertama kali tercetus keinginan untuk masuk ke ruang redaksi Suara Merdeka. Kala itu sudah ancang-ancang hendak mengirimkan proposal kunjungan ke harian tersebut.

Namun berkaitan dengan 'kesibukan' luar biasa dari para ibu dan nona yang tergabung dalam IIDN, keinginan untuk 'berwisata ilmu' itu belum kunjung terwujud. Kesempatan datang justru pada saat yang tak terduga. Tanggal 21 September 2013, IIDN janji jumpa dengan 2 orang redaktur Tabloid Cempaka, mba Unik Agung dan mba Intan Esty.

Selasa, 08 Oktober 2013

Kopdar with Tiga Serangkai dan Bedah Buku Beauty Jannaty

By. @famysa_ Bottom of Form


“Sejarah itu cukup untuk dikenang, bukan untuk diulang,” ujar sahabatku mengulang kata-kata ibunya. Tapi kalau peristiwa sejarahnya seperti hari  Kamis, 3 Oktober 2013 kemarin sih boleh banget laah untuk diulang. Untuk pertama kalinya, kemarin aku ikut Kopdar IIDN Semarang. Kesan pertamaku, wiw, takjub banget deh sama ibu-ibu semuanya... IIDN Semarang memang luar biasa!
Selain Kopdar alias Kopi Darat, hari Kamis kemarin IIDN  Semarang juga mempunyai tiga agenda lain, yaitu bincang-bincang dengan Penerbit Tiga Serangkai (TS), wawancara dengan Tribun Jateng, dan menghadiri bedah buku Beauty Jannaty karya salah satu anggota IIDN Semarang, Keisya Avicenna. So, kami tidak kopdar sekedar kopdar, kopdarnya IIDN Semarang pastinya kopdar yang mendatangkan ilmu dan manfaat.