Jumat, 10 Juni 2016

[PROFIL] Rosalia Agustini Suwarastuti

Saya Rosalia Agustini Suwarastuti, biasa dipanggil Ibu Agustien atau Ibu Ros lahir pada tgl 14 Agustus 1946. Mungkin di kominitas ini saya adalah calon anggota yang paling tua. Saya sudah 5 tahun purna tugas  dari status saya sebagai salah satu pengajar di PTN  di Semarang.
Sejak masih kuliah dulu saya kadang-kadang membuat tulisan  yang terinspirasi dari kejadian-kejadian yang saya lihat dan alami di sekitar saya. Tetapi tulisan tersebut hanya teronggok di buku harian yang sering lupa dimana saya simpan. Tetapi setelah menikah dan mempunyai dua anak, karena kesibukan-kesibukan membesarkan anak sampai mereka selesai kuliah dan bekerja, kebiasaan menulis tersebut terlupakan
Setelah  pensiun dan anak-anak bekerja di luar kota semua, mood untuk menulis timbul lagi. Selama ini saya menulis dan menggunakan tatabahasa saya sendiri karena saya memang tidak tahu bagaimana cara menulis suatu cerita dengan teknis penulisan   yang benar. Dahulu ketika sekolah saya hanya mendalami bidang Pengetahuan Alam (IPA) sehingga saya tidak mempunyai pengalaman bagaimana menulis yang baik yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Saya hanya mendapat sedikit pengalaman karena hobi saya membaca  karya penulis-penulis yang termashur.

Biodata :

Nama             : Rosalia Agustini Suwarastuti
fb               : https://www.facebook.com/AgustiniSuwarastuti
email            :  agustini_sw@hotmail.com

Selasa, 05 Januari 2016

TIPS GO GREEN IBU RUMAH TANGGA

Musim hujan tiba, kita pun harus meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir dan berbagai penyakit. Banjir saat ini menjadi 'bencana tahunan' yang melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia, tidak hanya di ibu kota. Bahkan, di Jakarta yang dulunya 5 tahun sekali banjir lalu intensitasnya menjadi 2 tahun sekali, kini warganya harus mengalami luapan air itu setiap tahun. Kejadian itu akan terulang jika tidak ada upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah.
Seperti halnya di Ibu Kota, di Kota Semarang ibu kota provinsi Jawa Tengah, banjir pun menjadi agenda rutin di beberapa tempat. Termasuk daerah tempat tinggal saya, Tlogosari. Kontur tanah di Semarang yang lebih rendah dari permukaan air laut menjadi penyebab utama banjir atau rob. Selain itu, curah hujan yang meningkat dan perubahan iklim juga mempengaruhi. 

[PROFIL] Riska Wahyu Apriliani

Riska Wahyu Apriliani, biasa dipanggil Riska. Lahir di Semarang 15 April 1988. Orang biasa, bukan siapa-siapa, bukan orang yang mempunyai banyak karya, mungkin belum..

Hanya seorang ibu bekerja dengan 2 orang anak laki-laki. Keinginan menulis muncul ketika sadar bahwa saya mudah lupa. Tapi sejak kehamilan anak kedua sampai sekarang blog saya belum sempat terupdate. Blog yang mungkin sudah lumutan itu pernah dibajak orang untuk kepentingan usahanya dengan mengambil foto-foto ulang tahun anak saya yang pertama. Semoga setelah gabung di IIDN jadi semangat lagi nulisnya. Saat ini saya berdomisili di Salatiga, kota sejuk dan tenang jauh dari kemacetan.  

Senin, 31 Agustus 2015

Good News From IIDN Semarang & Gandjel Rel :)

Dear IIDNers, 

Alhamdulillah, bulan Agustus penuh berkah untuk IIDN Semarang.
Kita diajak untuk menjadi pembicara dalam program School Visit Faber Castell dan tulisen.com di beberapa SMA dan SMP di Semarang selama 6 bulan. Dimulai Agustus ini. Tema workshop menulisnya adalah cara membuat cerpen yang baik.

Winda Oetomo sharing di SMP Fransiskus

Selasa, 24 Maret 2015

“Accidentaly” Meet Up with Gradien Mediatama



Kadang, sesuatu yang terlalu lama direncanakan, malah nggak jadi-jadi dan jadi sekedar wacana.  Yang spontan justru sering berhasil. Kopdar dengan Gradien adalah bukti nyatanya. 

Rombongan Gradien dari Yogya

Senin, 16 Maret 2015

Di Situlah Saya Ditampar Dewi Lestari..




            Alhamdulillah, beruntungnya saya bisa belajar bareng Dee Lestari kemarin. Kesempatan ini saya dapat dari mbak Dedew korwil IIDN Semarang yang mengajak saya untuk meliput Coaching Clinicnya Dee. Tentu saya akan berterima kasih kepada Dewi yang pertama ini ya. Thanks Mbak Dew.
 
           
Dee menampung pertanyaan dari peserta

Sabtu, 07 Maret 2015

Menyapih Anak Dengan Cinta

"Mimi ...aci... mimi aci..."  senandung Ismail disaat-saat menjelang usianya 2 tahun, sebenarnya membuat hati sedih, tapi juga bangga. Sedih karena harus segera menyapihnya, Bangga karena dia melampiaskan keinginan minum ASI nya dengan bersenandung. Lucu sekali mendengar dan melihatnya, sambil bergoyang-goyang. Kadang diiringi dengan musik, seperti memukulkan benda disekitarnya, atau alat musik rebana kecil miliknya. Kadang sampai teman-teman PAUD nya ikut tertawa, dan menirukan juga.

Pada umumnya anak jika mau di sapih akan rewel luar biasa, karena sering kita jumpai cara menyapihnya dengan langsung atau seketika saat itu juga. kadang dengan menakut-nakuti anak dengan mengoleskan obat-obat tertentu di punting. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan kepada anak tentang berbohong.

Namun bagi saya tidak demikian, menyapih adalah proses di mana anak akan merasa kehilangan kesempatan lebih sering berdekatan dengan sang ibu. Sehingga ini akan mengganggu kejiwaan mereka. Jika kita melakukannya secara tiba-tiba maka hal ini akan membuat anak merasa ditinggalkan, terluka perasaannya. Biasanya saya akan melakukan secara bertahap ketika akan menyapih anak.