Kamis, 04 September 2014

Portfolio Online Penulis

Jaman sekarang, banyak hal yang dilakukan serba online. Kirim surat lamaran pekerjaan via online, diskusi online, siaran radiopun bisa dilakukan secara online, hanya dari dalam kamar yang dengar orang di seluruh penjuru dunia.

Sekarang kita ngobrolin portfolio online yuk. Dalam manajemen strategis dan pemasaran, istilah portfolio digunakan untuk menunjukkan sekumpulan produk, proyek, layanan jasa atau merk yang ditawarkan untuk dijual oleh suatu perusahaan (wikipedia).

Sebagai penulis perlu punya portofolio juga lho! Portfolio kita tentu saja isinya karya-karya di bidang kepenulisan.


Dimana meletakkannya?
Portfolio online bisa kita upload di facebook, twitter atau blog.Pokoknya berdayakan semua social media yang kita miliki

Apa saja isinya?
Ya tentu saja tulisan. Kita bisa mengupload tulisan lama (mungkin yang pernah publish di majalah) atau tulisan baru. Bisa berupa tulisan nonfiksi yang nyeritain diri sendiri (kali-kali bisa dibukuin kaya Raditya Dika), cerpen, puisi, review produk Apa aja deh!

Kalau tulisan baru bagaimana kalau diplagiat?
Saya seringkali mendengar ketakutan seperti ini. Enggan memposting hal-hal baru karena takut diplagiat. Kalau menurut saya sih terlalu paranoid bisa membatasi diri kita dalam berkreasi. Lagian katanya (kata orang lain bukan kata saya) plagiasi itu adalah bentuk kekaguman yang paling tulus. Berarti karya kita bagus tuh kalo ada yang mau memplagiat haha. Ya segala sesuatu emang ada resikonya. Tapi kalo menurut saya masih lebih banyak efek positifnya sih.

Kalau sudah terbit di socmed ngga ada yang mau nerbitkan
Eh siapa bilang, buku "Kambing Jantan" Raditya Dika itu tulsian dari blognya dia kan? Film "Cinta Tapi Beda" juga diambil dari blog. Dan ada seorang editor komik bilang, komik yang publish di blog tidak lantas menjadikan bukunya tidak laku lho. Meskipun yang dipublish plek-ketiplek, kalo orang suka ya pasti pada mau beli, meski udah baca versi online.

Kenapa harus online?
Kalo dulu mungkin portfolio dalam bentuk cetak ya. Kita kliping artikel, di jilid, ditenteng kesana kemari. Membuat kayak gitu emang bagus. Ya kali pas dimana ketemu orang kebetulan ngga bisa online bisa ditunjukkan. Tapi tetep harus punya versi online-nya, karena jangkauannya lebih luas. Bisa saja lho suatu hari ujug-ujug ada editor hubungi kita pengen membukukan naskah kita. Lho perasaan ngga pernah kita nunjukin portfolio ke dia deh. Eh ternyata dia habis nyasar ke blog kita dan emang tertarik ngebukuin. Surprise, karena emang sesuatu yang online itu bisa dilihat oleh siapa saja, tanpa harus kita sodor-sodorin.

Saya sendiri juga memanfaatkan akun socmed selain sebagai tempat curhat juga sebagai portfolio. Menggunakan akun socmed sebagai portfolio bukan berarti kemudian kita nulisnya jadi kaku, pake bahasa yang baku, dsb. Saya sih tetep menjadi diri saya sendiri, menulis apapun ya ala saya.

Nah bagaimana dengan kamu? Sudahkah mempunyai portfolio online juga?

ditulis oleh @rahmiaziza
ibu dua orang anak, penulis komik Mak Irits, pemilik blog rahmiaziza.com

8 komentar:

  1. Informatif dan sangat membantu...;)

    BalasHapus
  2. keren mak, skrg socmed memang bs digunakan utk "menjual" potensi dan karya :)

    BalasHapus
  3. Makasih sharingnya, inshaa Allah manfaat banget :)

    BalasHapus
  4. kereen..setuju banget mi...ayo pada bikin portofolio online yang keren yaa.kalau kenalan sama orang media atau penerbitan tinggal sebutkan blog kita biar pada meluncur kesana hehe..

    BalasHapus
  5. keren mbak....kok bisa mengalir gitu ya menulisnya :) InsyaAllah manfaat banget

    BalasHapus
  6. Baru tahu nih mbak, makasi infonya :)

    BalasHapus