Ramai sekali. Kesanku saat datang ke
Gedung Wanita pada hari Minggu, 10 November 2013 kemarin. Mungkin pengunjung
lain pun memiliki kesan yang sama denganku. Parkiran penuh, gedung sebelah pun
dipadati oleh manusia, lantai satu Gedung Wanita sesak oleh para books
hunters, lantai dua penuh oleh pengantar dan peserta lomba mewarnai.
Celingak-celinguk. Dimanakah lokasi
kuliah #KampusFiksi? Dan ooh ternyata di tenda
yang cukup besar di depan panggung. Kukira bakal di ruang ber-AC seperti ketika
aku kuliah biasa. Hihihi
Let me introduce #KampusFiksi first. #KampusFiksi
ini diselenggarakan oleh Penerbit Diva Press. Ada
#KampusFiksiReguler dan #KampusFiksiRoadshow. #KampusFiksiReguler diselenggarakan
di kampung halamannya Diva Press, Jogja.Biasanya digelar tiap akhir bulan sekali, dengan jumlah peserta terbatas (30 seat), dan diadakan seleksi dahulu sebelumnya. Sedangkan #KampusFiksiRoadshow diselenggarakan secara nomaden di kota-kota besar. Beruntung Semarang disinggahi #KampusFiksiRoadshow yaa... IIDN Semarang jadi bisa numpang eksis deh :D
Kuliah
#KampusFiksi kemarin dimulai pukul 10.00 WIB, dan diakhiri pada pukul 14.30
WIB. Dosennya ada tiga orang, mereka adalah Mas Acong, Mbak Rina, dan Mas Edi
Akhiles. Bayangkan kalau itu kuliah
biasa! Mahasiswanya pasti mabok karena jam kuliah yang terlalu lama. Tapi berbeda
dengan kuliah di #KampusFiksi kemarin. Mahasiswanya sangat antusias. Saking
antusiasnya, sampai-sampai masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang harus
ditelan lagi oleh mahasiswa, termasuk aku sendiri. Higs, cuma kebagian bertanya
sekali sama Mas Acong L
Berikut
rangkuman ilmu dari tiga dosen di atas:
Penulis dibagi
menjadi dua, yaitu penulis idealis dan penulis yang berorientasi bisnis. Hayoo
kamu penulis yang manaa? J
Nah, bagi penulis pemula disarankan untuk menjadi penulis yang berorientasi
bisnis. Ketika seorang penulis pemula sudah memiliki nama yang menjual, baru
dia bisa menjadi penulis idealis. Mengapa? Karena tidak munafik juga jika kita
menulis karena ingin mendapatkan sepeser rupiah, bukan?! Ketika seorang penulis
pemula keukeuh ingin menjadi penulis idealis, mungkin bisa saja, namun
bisa jadi bukunya tidak akan laku.
Cara terbaik
supaya buku kita terbit dan laku adalah dengan berkomunikasi dengan penerbit. Tanyakan
saja tema apa yang sedang digemari di pasaran saat ini. Atau bisa dengan
mengamati sendiri. Contohnya sekarang sedang booming sekali novel-novel
berbau K-Pop.
Nah, penulis pun harus bisa menyesuaikan genre tulisannya dengan momen. Misalnya sekarang sedang momennya K-Pop, tetapi tulisan kita bertemakan islam. Saran dari Diva Press adalah sesuaikan saja dengan momennya, misal diterbitkannya saat Ramadhan nanti. Penulis disarankan untuk tidak memaksa penerbit menerbitkan naskahnya dengan segera. Karena penerbit pun punya pertimbangan tersendiri dalam menerbitkan suatu naskah. “Mau bukunya laku atau sekedar terbit? Mau bukunya laku aja atau laku banget?” ujar Mas Acong.
Nah, penulis pun harus bisa menyesuaikan genre tulisannya dengan momen. Misalnya sekarang sedang momennya K-Pop, tetapi tulisan kita bertemakan islam. Saran dari Diva Press adalah sesuaikan saja dengan momennya, misal diterbitkannya saat Ramadhan nanti. Penulis disarankan untuk tidak memaksa penerbit menerbitkan naskahnya dengan segera. Karena penerbit pun punya pertimbangan tersendiri dalam menerbitkan suatu naskah. “Mau bukunya laku atau sekedar terbit? Mau bukunya laku aja atau laku banget?” ujar Mas Acong.
Ada beberapa
trik dalam memasarkan buku kita. Jangan sekedar menawarkan “ini loh novel
terbaruku, ayo beliii....!! J”,
tapi lebih baik lagi jika kita menjual dengan cara menunjukkan ‘show our
books!’. Contohnya dengan cara update status di jejaring sosial
dengan mengutip isi dari buku kita.
Dengan begitu, para calon pembaca pun lama-lama akan penasaran dengan isi utuh buku kita, dan akhirnya membeli deh. Atau bisa juga dengan menggunakan strategi ‘skenario konflik’, yaitu dengan cara tawarkan ke teman sesama penulis, lalu ciptakan konflik.
Seolah-oleh penulis A membabat habis novel penulis B dengan berbagai kritikan, begitupun sebaliknya. Bermula dari konflik yang diekspos di media sosial (misalnya), maka calon pembaca pun akan penasaran. Pertanyaan yang muncul dari para calon pembaca adalah, bagaimana sih cerita novel penulis B yang dicecar habis oleh penulis A?
Dengan begitu, para calon pembaca pun lama-lama akan penasaran dengan isi utuh buku kita, dan akhirnya membeli deh. Atau bisa juga dengan menggunakan strategi ‘skenario konflik’, yaitu dengan cara tawarkan ke teman sesama penulis, lalu ciptakan konflik.
Seolah-oleh penulis A membabat habis novel penulis B dengan berbagai kritikan, begitupun sebaliknya. Bermula dari konflik yang diekspos di media sosial (misalnya), maka calon pembaca pun akan penasaran. Pertanyaan yang muncul dari para calon pembaca adalah, bagaimana sih cerita novel penulis B yang dicecar habis oleh penulis A?
hot in herre hahaha |
Istilahnya kita mungkin sudah lupa dengan cerita itu. Akibatnya, banyak penulis yang tiba-tiba ingin mengganti outline cerita karena masalah mood tersebut. Mengganti atau menambahkan outline boleh saja, asal jangan sampai mengacaukan semuanya yang sudah dimulai.
Selain harus rileks ketika menulis, penulis juga harus menghindari yang namanya writers block. Yaitu anggapan-anggapan negatif dari dalam diri kita sendiri. Jadikan saja menulis sebagai kebiasaan yang harus selalu dilakukan.
Secara umum,
naskah fiksi harus memiliki alur cerita, setting/latar, penokohan, konflik, dan
ending. Naskah yang dicari penerbit adalah naskah yang memiliki teknik
penulisan dan konflik yang baik. Teknik dan konflik harus konsisten dari awal
sampai akhir cerita. Teknik penulisan jangan berubah-ubah (inkonsisten).
Konflik pun jangan datar. Konflik harus menarik dan membuat pembaca penasaran
akan kelanjutan ceritanya. Tetapi jangan juga terlalu rumit karena itu akan
membuat pembaca bosan dan tidak mengerti jalan ceritanya.
Pilihan jadi
penulis adalah pilihan luar biasa.
Mengapa? Karena penulis memiliki tiga kelebihan berikut:
Mengapa? Karena penulis memiliki tiga kelebihan berikut:
1)
tingkat pengetahuannya di atas rata-rata; karena
penulis pasti selalu mengupgrade pengetahuannya
2)
penulis memiliki kemampuan
menginterpretasi/menafsirkan suatu objek;
3)
penulis memiliki kemampuan mempengaruhi orang
lain.
Hey
penuliiiss.... sadar tidak pada tiga kelebihan itu? :D
Penulis piawai
pasti bisa menjungkirbalikkan kalimat (SPOK). Penulis piawai tidak akan terpaku
pada aturan-aturan sastra. Ia bebas berekspresi tanpa menciderai sastra itu
sendiri. Selain permainan kalimat yang apik, sebuah karya juga harus memiliki
pesan moral. Sampaikan pesan itu dengan smooth, bukan vulgar. Jangan
menjadi ustad/ustadzah dengan menceramahi pembaca, tetapi tunjukkan secara
halus pada pembaca melalui permainan kalimat.
Ada beberapa
kalimat motivasi dari Mas Edi Akhiles, “Orang yang terus bertahan, pasti akan
mendapatkan ruangnya sendiri.” – “Orang yang banting tulang lebih, pasti dapat
yang lebih juga. Itu keadilan Tuhan.” – “Jika saya berusaha lebih, saya pasti
mendapatkan lebih.” – “Menulislah, endapkan, lalu lakukan self editing. Jangan
jadi DL-ers.“ – “Jadi penulis itu akan membuat seseorang terancam keren. Yakin
aja!” dan terakhir, “Untuk jadi penulis, lakukan
menulis itu sendiri dan perbanyak baca!”
Foto Bareng Mas Edi Akhilles CEO Divapress |
Wow...komplit banget Mbak
BalasHapusAq cuma beberapa yang nyantol, yang lainnya meleleh bersama keringet qiqiqi
ohh..fotonya belom ada yaa..ntar colek lestari biar dimasukkan foto bareng pak ceo hihi
BalasHapusAkhirnya bisa "ngeh" total. kemarin bolong2 karena lebih suka dengerin sound system dari gedung sebelah :-)
BalasHapus